Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-138: Operasi Katarak Nenek Maswah Membuahkan Kebahagiaan
Ruangan post-opp pascaoperasi katarak Minggu, 28 Mei 2023 agaknya penuh dengan kejutan yang menggembirakan. Salah satu sebabnya adalah karena ada seorang nenek berusia 65 tahun bernama Maswah yang bersyukur kegirangan.
“Masya Allah, Alhamdulillah ya Allah… Ibu, semuanya sudah terang, Bu, jelas..,” katanya kepada Eva Wiyoga, relawan Tzu Chi yang membantu memeriksa penglihatannya.
Setelah operasi katarak dilakukan satu hari sebelumnya (27 Mei 2023), Maswah kembali bisa melihat cahaya dan mengenali huruf dengan jarak jauh. Air matanya pun seperti mengalir dengan sendirinya karena haru yang ia rasakan. Sontak Maswah juga langsung memeluk Eva dengan erat. Terbayang jelas bagaimana penuhnya hati Maswah dengan kebahagiaan.
“Sudah jelas ya, Bu? Wah, saya ikut senang sekali dengarnya. Tapi jangan nangis dulu, matanya belum boleh kena air ya,” balas Eva yang ikut sukacita mendengar kabar baik dari Maswah itu. Ia mengusap tangan dan pungguh Maswah dengan halus untuk menenangkan perasaan Maswah yang tak terbendung.
“Aduh.., Alhamdulillah.., Nenek senang sekali. Semuanya baik, cantik dan ganteng. Mana sopan,” imbuh Maswah berulang-ulang.
Hidup Mandiri Dengan Katarak di Kedua Mata
Maswah adalah warga Indramayu, Jawa Barat. Ia datang ke Jakarta sekitar tiga minggu lalu khusus untuk melakukan operasi katarak. Sebelumnya, oleh anaknya yang tinggal di Penjaringan - Jakarta Utara, ia diajak untuk operasi katarak secara mandiri, tapi menolak dengan berbagai alasan, mulai dari takut diinfus hingga takut gagal dan meninggal. Sudah dirayu dengan iming-iming berbagai macam hal pun, tetap saja ajakan untuk operasi itu tidak ia terima.
“Saya pikir karena usia sudah ada (lanjut), umur juga mungkin bentar lagi, buat apa kok malah membebani anak dengan biaya operasi saya. Sudah, saya ikhlas dengan penyakit ini,” ucap Maswah terang-terangan mengungkap sebab ia tak ingin menjalani operasi. “Jadi, ‘takut’ itu alasan saja. Sebetulnya ya tidak ingin bikin anak pada susah. Takut mereka sampai hutang-hutang kalau biayain saya operasi,” lanjutnya.
Menurut Maswah, perekonomian anak-anaknya saat ini terbilang cukup untuk keluarga, tapi ia betul-betul tak ingin menambah beban karena sudah terbiasa hidup mandiri dan mencukupi kebutuhan sendiri. Bahkan tak segan ikut mencari nafkah bersama keluarga. Maswah sempat bercerita, dulu ketika masih muda sekitar usia 30-an, ia pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) bekerja Arab Saudi demi membantu pemasukan keluarga. Gajinya, bisa untuk membantu keluarga merenovasi rumah. Dari bekerja itu pula, ia mendapat bonus naik haji.
Sudah terbiasa mandiri, itulah alasan Maswah menjadi berlapang dada dengan kondisinya saat ini. Sejauh ini Maswah pun sungguh berbesar hati memikirkan anak dan cucunya, padahal kondisi katarak di matanya sendiri pun sudah tak bisa dibilang sederhana. Dari pemeriksaan yang dilakukan, mata kanan dan kiri Maswah sudah tak bisa digunakan untuk melihat, hanya bisa membedakan terang dan gelap saja. Tapi dengan kondisi itu, di rumahnya, di Indramayu, ia tinggal seorang diri karena suaminya sudah lama tiada dan separuh anak pergi merantau.
Rumahnya yang bersebelahan dengan rumah anak pertamanya (saat ini sedang sakit), sedikit memudahkan Maswah untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Menantu dan cucunya lah yang biasanya mengantarkan makanan dan membantu hal lain seperti mengingatkan waktu-waktu untuk makan dan sholat. Walaupun begitu, anak-anaknya di perantauan kerap merasa khawatir, ditambah lagi Maswah sama sekali tak ingin meninggalkan kampung halamannya.
Ingin Ikut Merayakan Kebahagiaan
Rayuan terakhir yang dilayangkan oleh anak kedua dan menantunya (yang tinggal di Penjaringan) adalah pesta perkawinan cucu ketiga Maswah, Imroatun Khasanah. “Masa Emak nggak mau lihat nikahan cucu nanti? Biar bisa ikut lihat, harus mau operasi,” cerita Iim, panggilan Imroatun Khasanah yang selama proses operasi selalu menemani neneknya.
Kebetulan pula, jalinan jodoh mempertemukan Iim dengan informasi mengenai bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-138 ini. Semua seperti berada di waktu yang tepat. Walaupun awalnya masih tak mau, tapi menerima penjelasan bahwa seluruh tindakan dalam kegiatan bakti sosial kesehatan Tzu Chi ini tak dipungut biaya alias gratis, Maswah mulai berpikir ulang. “Yaudah lah ayuk,” jawabnya ringan, membuat lega seluruh keluarga.
Iim merasa begitu bersyukur karena sang nenek akhirnya mau menjalani pengobatan dan lebih senang lagi karena semua prosesnya terbilang lancar. Ketika perban di mata kanan neneknya dibuka dan langsung terdengar reaksi positif, Iim pun terlihat tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.
“Campur aduk banget liat Nenek. Senang iya, deg-degan iya, terharu iya, semuanya,” ucap guru SD ini. “Saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh relawan, tim medis, dan pihak yang terlibat. Semoga dengan adanya baksos ini, para pasien yang tertolong bisa melanjutkan kehidupan dengan lebih baik, semoga juga bisa lebih banyak rejeki dan diberikan kemudahan setiap harinya,” tuturnya sukacita.
Terkesan dengan berbagai pelayanan sejak screening dilakukan, Iim bahkan menuturkan keinginannya untuk menjadi relawan satu saat nanti. “Jujur (setelah menerima perlakuan yang begitu menyenangkan dari para relawan) jadi pengen ikut jadi relawan,” ungkap Iim, “karena perasaan bisa menerima bantuan itu senang, tapi bisa memberi bantuan itu pasti lebih senang. Apa yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi itu luar biasa. Semoga nanti bisa terlaksana.”
“Boleh banget loh, tapi asal jangan lupa kami diundang ke kawinannya yaaa.. hahahaa..,” tutur Eva Wiyogo tertawa dan melemparkan candaannya. Kehangatan yang tercermin di ruang post-opp hari itu sungguh membuat hati bahagia. Mungkin pasien lain pun sempat iri dan ingin pula diajak tertawa bersama.
Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi Ke-138 telah dilaksanakan di Tzu Chi Hospital pada Sabtu 27 Mei 2023 dan melayani 90 pasien katarak dan 5 pasien hernia.
Jurnalis : Metta Wulandari
Fotografer : Metta Wulandari
Editor: Arimami Suryo A.