Waspada Penyebab dan Gejala Sarkopenia pada Lansia
Menjadi tua adalah pasti, namun proses penuaan pada setiap orang dapat berbeda. Salah satu kondisi yang tidak dapat dihindari adalah berkurangnya massa dan kekuatan otot secara bertahap, atau yang dikenal sebagai sarkopenia.
Sarkopenia umumnya dialami oleh lansia dan terjadi secara alami akibat faktor penuaan. Kondisi ini dapat memengaruhi sistem muskuloskeletal dan berisiko meningkatkan potensi jatuh hingga kerentaan (frailty).
Artikel ini akan membahas mengenai penyebab dan gejala sarkopenia pada lansia.
Apa saja faktor risiko sarkopenia?
Dokter spesialis penyakit dalam konsultan geriatri Tzu Chi Hospital, Dr. Paskalis Andrew Gunawan, Sp.PD-KGer, menuturkan, orang mulai kehilangan massa dan kekuatan otot di atas umur 40 tahun dan penurunannya akan semakin cepat saat memasuki usia 60 tahun.
“Di atas 60 tahun, otot akan hancur 10 persen per tahun jika tidak aktif secara fisik. Jadi dari segi umur sudah berpengaruh,” ujar Dr. Paskalis.
Selain umur, terdapat sejumlah faktor risiko lain yang dapat memicu sarkopenia:
1. Kurang nutrisi
Lansia kerap kehilangan nafsu makan, yang dapat berdampak pada terganggunya asupan nutrisi. Padahal, kebutuhan protein lansia cenderung meningkat dibandingkan dengan orang dewasa. Kekurangan protein dapat menyebabkan penyusutan otot.
2. Kurang latihan fisik
Gaya hidup yang kurang aktif dan jarang bergerak dalam waktu lama dapat menyebabkan berkurangnya massa dan kekuatan otot lebih cepat. Jika kekuatan otot menurun, maka rasa mudah capek akan semakin besar.
3. Penyakit kronik
Penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kronik lain dapat menimbulkan inflamasi kronik yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya sarkopenia.
Gejala sarkopenia
Menurut Dr. Paskalis, lansia yang mengalami sarkopenia mudah merasa capek. Berbeda dengan rasa capek yang umumnya disebabkan hal tertentu seperti kurang tidur atau habis beraktivitas fisik, capek pada sarkopenia muncul tanpa pemicu yang jelas. Sehingga tanda-tanda sarkopenia seringkali sulit dikenali sejak awal.
“Gejalanya sangat umum, orang mungkin mengira capek karena kurang tidur atau pengaruh obat, tapi lama kelamaan bisa sampai gak bisa jalan, gak ada gairah, atau paling parah lagi kalau sudah mempengaruhi kebutuhan dasar, lansia gak bisa lagi ke wc sendiri, gak bisa lagi atur makan sendiri,” papar Dr. Paskalis.
Sarkopenia bukanlah kondisi yang terjadi secara mendadak, melainkan suatu proses panjang yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Sehingga Dr. Paskalis mengingatkan agar lansia dan keluarga lebih sadar terhadap sarkopenia dengan melakukan deteksi dini.
“Sarkopenia awalnya pasti yang berkurang massa otot dulu, kemudian kekuatannya, baru terakhir fungsi. Terkadang ada orang yang massa nya sudah berkurang tapi masih bisa berfungsi, padahal itu jadi warning kalau sudah masuk tahap awal sarkopenia, jangan sampai berkurang terus. Karena itu, sangat penting untuk melakukan screening supaya begitu diketahui ada sarkopenia bisa kita langsung potong benihnya, jangan sampai sudah di ujung baru ditangani,” pesan Dr. Paskalis.
Sarkopenia tidak bisa dihindari, namun bisa diatasi sejak dini. Segera sadari dan deteksi kemampuan otot dengan melakukan Screening Sarkopenia di Tzu Chi Hospital.